Ruang Literasi Jadi Tempat Nongkrong Favorit Emak-Emak Sleman

Ruang literasi di Sleman telah membuktikan bahwa literasi adalah hak semua orang, tanpa batasan usia atau latar belakang.

Ruang Literasi Jadi Tempat Nongkrong Favorit Emak-Emak Sleman
Di daerah yang dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini, ruang literasi justru menjadi tempat nongkrong favorit bagi komunitas yang tak terduga para ibu rumah tangga.

Ya, emak-emak Sleman kini menjadikan ruang literasi sebagai tempat melepas penat, mencari inspirasi, bahkan mempererat silaturahmi. Fenomena ini menarik perhatian banyak pihak, karena menunjukkan bahwa literasi bukan hanya ranah akademisi atau kaum intelektual muda, tetapi juga bisa menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat luas.

tebak skor hadiah pulsa  

Lebih Dari Sekadar Tempat Membaca

Ruang literasi di berbagai kecamatan Sleman kini berkembang menjadi lebih dari sekadar tempat menyimpan buku. Suasana yang nyaman, desain yang ramah keluarga, serta adanya kegiatan komunitas membuat tempat ini terasa seperti “rumah kedua” bagi banyak pengunjung.

Salah satu contohnya adalah Ruang Literasi Mataram yang terletak di daerah Berbah. Tempat ini menyediakan berbagai koleksi buku, ruang diskusi, pojok anak, hingga area untuk kegiatan memasak dan prakarya. Para ibu rumah tangga datang tidak hanya untuk membaca, tetapi juga mengikuti pelatihan membuat sabun organik, menulis blog, hingga kelas memasak sehat.

“Saya awalnya cuma ikut teman ke ruang literasi. Tapi lama-lama jadi ketagihan. Di sini saya bisa baca buku resep, ikut demo masak, bahkan diskusi soal parenting. Rasanya menyenangkan, dan saya merasa lebih percaya diri sebagai ibu,” tutur Bu Santi, warga Prambanan, Sleman.

Emak-Emak Melek Literasi Digital dan Sosial

Fenomena ini juga menunjukkan peningkatan minat literasi digital di kalangan ibu rumah tangga. Banyak ruang literasi yang kini dilengkapi dengan akses internet, komputer, bahkan pelatihan penggunaan media sosial secara bijak. Para ibu yang dulunya canggung menghadapi teknologi kini berani tampil, menulis di blog, hingga membuka bisnis kecil-kecilan berbasis daring.

“Saya belajar cara jualan online dari pelatihan di ruang literasi. Dari yang awalnya cuma jualan lewat WhatsApp, sekarang sudah bisa pakai marketplace. Saya juga belajar cara bikin konten promosi yang menarik. Semua berkat komunitas emak-emak literasi di sini,” ujar Bu Lilis, pengunjung aktif ruang literasi di Mlati.

Ruang literasi tak hanya menjadi sumber pengetahuan, tetapi juga membuka akses ekonomi baru bagi para ibu. Dengan semangat berbagi dan belajar bersama, mereka membuktikan bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca, melainkan keterampilan hidup yang berdaya guna.

Baca Juga: 

Ibu dan Teknologi, Menghadapi Tantangan Parenting di Zaman Digital

Viral! Emak-Emak Naik Motor Terobos Masuk Jalan Tol, Gara-Gara Ikuti Maps

Tempat Nongkrong yang Produktif

Tempat Nongkrong yang Produktif
Berbeda dengan kafe atau pusat perbelanjaan yang identik dengan konsumsi, ruang literasi menawarkan suasana yang produktif dan edukatif. Nongkrong di ruang literasi berarti hadir dalam kegiatan yang bermanfaat, memperluas wawasan, serta mempererat jejaring sosial dalam komunitas.

“Kalau di mall saya keluar uang. Tapi kalau di ruang literasi, saya dapat ilmu. Bahkan kadang bisa bawa pulang bibit tanaman dari pelatihan urban farming,” ucap Bu Yuli sambil tersenyum.

Tak jarang, kegiatan yang berlangsung di ruang literasi dipadukan dengan aktivitas khas ibu rumah tangga seperti membuat kerajinan tangan, mendaur ulang barang rumah tangga, hingga membuat menu makanan sehat untuk anak-anak. Hal ini menjadikan waktu nongkrong menjadi aktivitas yang penuh nilai tambah, bukan sekadar hiburan belaka.

Didukung Oleh Pemerintah

Kesuksesan ruang literasi sebagai pusat kegiatan emak-emak tak lepas dari dukungan berbagai pihak, mulai dari pemerintah desa, perpustakaan daerah, hingga komunitas lokal. Banyak ruang literasi yang mendapat dana operasional, buku sumbangan, dan fasilitas pelatihan dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah.

Di sisi lain, komunitas ibu-ibu literasi juga aktif mengorganisir kegiatan secara mandiri, seperti diskusi buku bulanan, kelas keterampilan, hingga bazar UMKM. Kolaborasi yang dinamis ini menciptakan ekosistem literasi yang hidup dan berkelanjutan.

“Kami merasa didengar. Ide kami diapresiasi, bahkan difasilitasi. Sekarang kami sedang merancang program bimbingan belajar gratis untuk anak-anak sekitar, hasil inisiatif para ibu,” jelas Bu Rina, koordinator komunitas Literasi Ibu Sleman.

Kesimpulan

Ruang literasi di Sleman telah membuktikan bahwa literasi adalah hak semua orang, tanpa batasan usia atau latar belakang. Para ibu rumah tangga yang aktif di ruang-ruang ini telah membalik stigma bahwa literasi hanya milik kalangan akademisi atau generasi muda.

Dengan semangat belajar yang tinggi, keterbukaan terhadap teknologi, dan keinginan untuk memberi manfaat pada lingkungan, emak-emak Sleman telah menciptakan makna baru dari aktivitas nongkrong: bukan sekadar bersantai, tetapi menjadi lebih berdaya dan bermakna.

Maka tak heran jika ruang literasi kini menjadi tempat favorit mereka. Tempat di mana ilmu, persahabatan, dan inspirasi bertemu dalam harmoni. Karena pada akhirnya, semangat belajar tak mengenal usia dan ruang literasi adalah panggung terbaik untuk membuktikannya.

Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Berita Viral IBU IBU CANGGIH yang akan kami berikan setiap harinya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari detik.com
  • Gambar Kedua dari jawapos.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *