Bukan Cuma Arisan: Ibu-Ibu Masa Kini dan Gengsi Sosial Media!

Di era digital sekarang, media sosial membuka ruang baru bagi ibu-ibu masa kini untuk tampil, berbagi, dan bersaing dalam hal gaya hidup.

Bukan Cuma Arisan: Ibu-Ibu Masa Kini dan Gengsi Sosial Media!

Dari unggahan OOTD saat arisan hingga pamer menu bekal anak, gengsi kini tak hanya soal perhiasan atau mobil mewah, tapi juga citra digital. Artikel DUNIA IBU IBU CANGGIH INDONESIA ini mengulas fenomena menarik tentang bagaimana media sosial membentuk identitas dan dinamika sosial di kalangan ibu-ibu modern.

tebak skor hadiah pulsa  

Arisan Titik Awal Jaringan Sosial

Arisan masih menjadi bagian penting dalam kehidupan banyak ibu-ibu. Namun fungsinya telah berevolusi. Jika dulu arisan hanya wadah berkumpul dan menabung bersama, kini ia menjadi ajang pamer gaya hidup dan jejaring sosial. Undangan arisan sering kali dikemas seperti acara formal lengkap dengan dress code, dekorasi estetik, bahkan photobooth Instagramable.

Tak jarang, momen arisan diabadikan dalam unggahan media sosial dari outfit of the day (OOTD) hingga menu makan siang. Foto-foto yang diunggah bukan lagi dokumentasi biasa, melainkan kurasi citra diri yang ingin ditampilkan ke publik.

Instagram vs Realita Dunia Dua Lapis

Media sosial memberi ruang untuk berbagi, tapi juga mendorong keinginan untuk tampil sempurna. Banyak ibu-ibu masa kini yang merasa perlu menampilkan kehidupan ideal: rumah rapi ala Pinterest, anak-anak dengan outfit senada, masakan sehat tiap hari, dan liburan rutin ke tempat hits.

Namun di balik unggahan yang estetik, tidak jarang tersembunyi tekanan besar. Beberapa ibu bahkan merasa cemas jika tidak bisa “menyamai” gaya hidup yang mereka lihat di akun orang lain. Perbandingan sosial ini bisa berdampak pada kepercayaan diri dan kepuasan terhadap kehidupan pribadi.

Baca Juga: Kredit Pintar Tingkatkan Pemahaman Keuangan Bagi Ibu Rumah Tangga

Belanja Online, Endorse, dan Gaya Hidup Konsumtif

Belanja Online, Endorse, dan Gaya Hidup Konsumtif

Salah satu efek samping dari eksistensi digital ini adalah budaya konsumtif. Banyak ibu-ibu yang terdorong untuk terus tampil gaya karena takut tertinggal tren. Belanja online bukan sekadar kebutuhan, tapi jadi bagian dari “investasi citra”. Barang branded, skincare mahal, atau dekor rumah kekinian sering kali dibeli bukan hanya untuk digunakan, tapi juga untuk dipamerkan di media sosial.

Di sisi lain, sebagian ibu-ibu justru memanfaatkan tren ini untuk mendapatkan penghasilan. Mereka menjadi influencer skala rumahan, menerima endorse produk, dan berbagi konten parenting, masak, hingga gaya hidup. Media sosial memberi ruang bagi ibu-ibu untuk menyalurkan kreativitas sekaligus menambah pendapatan keluarga.

Komunitas Digital Dukungan Atau Tekanan?

Salah satu sisi positif dari keaktifan ibu-ibu di media sosial adalah munculnya komunitas online yang saling mendukung. Mulai dari grup berbagi MPASI, parenting, spiritual, hingga pengembangan diri. Komunitas ini menjadi tempat curhat, bertanya, hingga berbagi pengalaman.

Standar-standar tidak tertulis tentang ibu yang “baik dan benar” kerap kali menciptakan rasa bersalah atau minder. Misalnya, ibu yang memilih tetap bekerja bisa dikritik, atau yang memberikan makanan instan pada anak bisa dipandang kurang perhatian. Lingkaran ini bisa memperparah stres emosional jika tidak disikapi dengan bijak.

Menemukan Diri Sendiri di Tengah Derasnya Gengsi

Media sosial bukan musuh, tapi alat. Masalah muncul ketika citra digital dianggap lebih penting daripada kenyataan hidup itu sendiri. Ibu-ibu masa kini perlu menyadari bahwa setiap keluarga punya cerita, setiap ibu punya perjuangan. Tidak semua harus ditampilkan, tidak semua perlu dibandingkan.

Menjadi ibu adalah proses yang kompleks, dan tidak ada satu cara yang paling benar. Daripada terjebak dalam perlombaan eksistensi, lebih baik fokus pada kenyamanan dan keseimbangan diri. Dunia digital bisa jadi tempat belajar dan terhubung, selama digunakan dengan sehat dan sadar.

Kesimpulan

Fenomena ibu-ibu masa kini dan gengsi sosial media menunjukkan betapa kuatnya pengaruh platform digital dalam membentuk identitas masa kini. Dari arisan hingga Instagram, dari belanja online hingga komunitas digital, semua menyimpan potensi positif maupun negatif. Yang membedakan hanyalah cara menyikapinya.

Ibu-ibu masa kini tidak lagi hidup dalam lingkup dapur, sumur, dan kasur. Mereka hadir aktif di dunia maya, punya suara, dan punya pengaruh. Namun di balik semua itu, penting untuk kembali bertanya: apakah yang kita tampilkan benar-benar mencerminkan siapa kita, atau hanya topeng agar terlihat sempurna?


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari sumsel.antaranews.com
  2. Gambar Kedua dari kendaripos.fajar.co.id

Similar Posts